Konsumen Sebagai Basis

Konsumen Sebagai Basis

Ada hal menarik dalam pembicaraan dan diskusi penulis dari beberapa waktu terakhir. Covid19 memang telah merubah banyak hal. Salah satunya cara memasarkan produk yang kian hari terasa, kian memaksa. Mengabaikan perasaan pembeli, seakan melihat konsumen adalah objek pemasaran. Konsep dan pemikiran ini tentu perlu dikoreksi. Karena alasan kebutuhan dalam bertransaksi meletakan pembeli sebagai target dan tujuan. Paradigma ini semakin menyesatkan ketika privasi dari calon pembeli semakin hari semakin dilanggar. Banyak orang dan bahkan pemakarsa dan akademisi pun sebagian berpikir tidak ada kemerdekaan bagi pembeli atau konsumen dalam menentukan produk dan kualitas seperti apa yang layak bagi mereka untuk dikonsumsi. Dan tentu ini akan menjadi kekacauan awal bagi pemilik usaha. Ketika dalam usahanya menutup diri. Dan bisa dipastikan bahwa sebagai pelaku usaha penulis pada masa masa kelam, juga melakuan hal yang sama. Lalu apa yang penulis maksud dengan Konsumen Sebagai Basis adalah sebuah cara pandang dan prilaku. Dan selain itu dia adalah prilaku.

Mitra bukan Tujuan

Dalam upaya menjual produk dan mendapatkan keuntungan dari produk. Acap kali pelaku usaha membuat situasi yang sangat tidak nyaman. Dimana nilai kerelaan dari sebuah transaksi tidak terjadi. Landasan ideal dari pasar sering dilanggar sehingga malah memberikan dampak buruk bagi merek dan produk yang coba ditumbuh kembangkan. Nah hal ini tentu menjadi penghalang dalam menyampaikan pesan yang secara utuh ingin kirimkan. Sehingga sering terjadi kegagalan-kegagalan pasar dan tentu juga menjadi sejarah yang tidak mengenakan bagi para pihak. Nah artikel ini mungkin lebih tepat disebut triger yang bisa dijadikan pemantik dari upaya membukan diskusi lebih dalam. Tentang mitra pembeli daan bukan konsumen. Sehingga kualitas dari mereka dan bisnis yang dibangun. Atau investasi pada model bisnis yang merupakan tujuan dari pelaku usaha. bergeser menjadi pemenuhan ramalan diri. Dan tentu ini adalah harapan dari semua bisnis. Metode memasarkan bisa dengan apa saja dan seperti apa saja. Tapi nilai-nilai konsumen yang menjadi pusat prilaku dari bisnis adalah sebuah keniscayaan yang tidak mungkin ditolak. Karena ketika ditolak, maka secara pasat pengabain dan perbaikan terhadapa kesalahan dalam melihat dan menentukan bagaimana peran bisnis kita bisa menjadi bagian dari nilai-nilai konsumen.

Nah, bagaimana menurut anda, apakah pemantik ini cukup bisa membuka komunikasi awal kita tentang episentrum nilai konsumen sebagai pokok dari bisnis kita?